Wednesday, December 24, 2008

TINDAKAN LEBIH PENTING DARI PENGETAHUAN

Pada suatu hari seorang ilmuwan terkenal bertanya kepada guru agamanya, "Pak, apakah inti penting di dalam agama?"
"Jangan melakukan segala dosa, sebaliknya jalankan semua amal dan kebaikan," jawabnya.
Ilmuwan itu menganggap bahwa itu adalah jawaban standar yang terlalu luas dan kurang jelas. "Apa yang Bapak katakan itu terlalu sederhana. Anak berusia tiga tahun pun akan sudah tahu jawaban seperti itu," timpalnya.
"Memang anak seusia itu juga akan mengerti, tapi orang tua yang telah berusia delapan puluh tahun belum tentu bisa melakukannya," sahut guru agama itu.
Pesan:
Apa yang telah diungkapkan oleh sang ilmuwan sangat sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang cukup pintar dan mengerti tentang rambu-rambu kehidupan dari ilmu pengetahuan yang mereka pelajari, seminar, buku, televisi dan lain sebagainya. Misalnya bila kita ingin sukses, maka kita harus bersikap positif (lebih ramah, disiplin, jujur, gigih berusaha, dan lain sebagainya) serta menjauhi tindak negatif (korupsi, kolusi dan nepotisme, menghasut, menipu dan lain sebagainya).
Tetapi hanya sebagian kecil diantara kita yang benar-benar sukses dan bahagia. Banyak juga orang pintar yang melanggar aturan negara maupun agama, misalnya berbuat korupsi, pembunuhan, praktik ilegal dan tindak kriminal lainnya. Mengapa? Karena semua pengetahuan itu hanya sebatas wacana atau tidak berlanjut kedalam tindakan nyata.
Kunci kebahagiaan dan keberhasilan dalam kehidupan setelah mencari ilmu pengetahuan adalah mempraktekkan semua ilmu pengetahuan tersebut kedalam tindakan nyata. Segudang ilmu pengetahuan tidak akan bermanfaat bila kita sendiri tidak menjalankannya. "Tindakan tidak selalu membawa kebahagiaan, tetapi tidak ada kebahagiaan tanpa tindakan," kata Benjamin Disraeli.
Sebaliknya, betapapun sederhana ilmu pengetahuan yang kita miliki akan memiliki kekuatan yang dahsyat jika kita menggunakannya setiap hari dan setiap saat. Contoh sederhana misalnya kita ketahui bahwa bersikap disiplin, jujur dan tersenyum atau ramah kepada semua orang itu baik. Pengetahuan tersebut akan memberikan manfaat lebih dahsyat terhadap berbagai hal termasuk kesuksesan dan suasana hati bila kita senantiasa mempraktekkannya. Oleh sebab itu latihlah diri kita senantiasa melakukan tindakan nyata atas apa yang sudah kita ketahui.

BAHAYA MINUMAN KERAS

Dikisahkan tentang sebuah kota yang dihuni mayoritas pecandu minuman keras. Pemerintah setempat semakin khawatir, pasalnya ulah para pemabuk itu sudah meresahkan masyarakat. Sehingga pemerintah menggelar sebuah seminar yang membahas tentang bahaya minuman keras bagi kesehatan. Seminar yang dipandu oleh dokter-dokter senior di kota tersebut dimaksudkan untuk menggugah kesadaran warga supaya mengurangi dan menghentikan kebiasaan buruk minum minuman keras.Salah seorang dokter berusaha memberikan bukti peraga, agar para pecandu minuman keras itu
segera sadar. Dokter tersebut menyediakan 2 gelas kaca. Kemudian mengisi gelas pertama dengan air mineral, lalu mengisi gelas kedua dengan larutan alkohol. Setelah itu ia memasukkan 1 ulat kedalam masing-masing gelas.
Ulat yang dimasukkan kedalam air mineral dapat melompat keluar dari gelas. Sedangkan beberapa menit kemudian, ulat yang dimasukkan kedalam larutan alkohol mati. "Apa kesimpulan yang Anda dapatkan dari percobaan ini?" tanya sang dokter memancing respon peserta seminar.
Tiba-tiba seorang pecandu minuman keras yang sedang mabuk berat langsung berdiri dan menjawab pertanyaan itu. "Ini menunjukkan bahwa jika kita minum alkohol, berarti perut kita tidak akan ada ulat," tukasnya diiringi tawa keras diikuti tawa peserta seminar lain.
Pesan:
Berdasarkan respon pecandu minuman keras di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi hati dan pikiran penduduk wilayah tersebut sudah tertutup terhadap nilai-nilai kebenaran. Kejadian seperti itu dapat terjadi dimanapun dengan kasus berbeda-beda pula. Dalam keadaan demikian, eksistensi manusia sebagai mahluk yang berakal dan berhati nurani semakin terkikis oleh nafsu atau kebiasaan-kebiasaan buruk.
Upaya penyelamatan harus segera dilakukan untuk mengembalikan mental masyarakat menjadi bijak dan kembali hanya melakukan aktivitas bermanfaat. Tetapi kita juga tak dapat berharap banyak kepada siapapun untuk melakukan upaya penyelamatan tersebut. Alangkah baiknya, jika kita membangun kesadaran tersebut dari dalam diri sendiri terlebih dahulu.
Perubahan besar yang diharapkan tentu saja lebih cepat terjadi, jika diikuti kesadaran masing-masing individu dari unsur masyarakat terkait, misalnya para pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat, kalangan intelektual maupun masyarakat awam. Terlebih jika diikuti dengan sosialisasi yang intensif tentang pentingnya hidup bermoral, disiplin dan sehat, maka kesadaran untuk hidup lebih baik akan membudaya. Sehingga pada suatu ketika masyarakat dengan kesadaran yang tinggi akan menyatakan ‘tidak untuk minuman keras’, ‘tidak untuk narkoba’, ‘tidak untuk korupsi’, dan ‘tidak’ untuk hal-hal negatif lainnya.